BY. HENNY SUBAGIO ~ Bicara pendidikan selalu menarik dan up to date karena negara wajib mencerdaskan anak bangsa, maka tak ada orang tua yang ingin anaknya “bodoh”. Sebab, pendidikan adalah musuh “kebodohan dan kedunguan”.Dalam pandangan politik ,ideologi dapat mempengaruhi kebijakan pendidikan yang kini tengah di programkan pemerintah sasaran pada sekolah rakyat, di Kemendikbud lah APBN terserap 20%.
Dulu jaman era presiden Soekarno, istilah branding SEKOLAH RAKYAT di gaungkan demi mencerdaskan anak bangsa .Kini era pemerintahan Prabowo kembali istilah SEKOLAH RAKYAT kembali populer dan merakyat. Presiden Soekarno pernah mencanangkan program “Sekolah rakyat khususnya pada tahun 1950 hingga 1960 an . Program ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas pendidik untuk memutus rantai kemiskinan .Tentu buat rakyat yang kurang mampu atau tinggal di desa terpencil jauh dari perkotaan. Tujuan sekolah rakyat untuk meningkatkan kesadaran nasional / patriotisme di kalangan masyarakat luas. Sempat menjadi pertanyaan orang tua ketika itu tengah mendaftarkan PPDB ‘Apakah sekolah swasta ini menyediakan sekolah rakyat dan asrama seperti yang ada di berita baru baru ini. Di jawablah oleh panitia PPDB. “Oh maaf Bu! kalau sekolah swasta dana mandiri .Tak bisa mengandalkan bantuan diknas yg sangat minim. Sepertinya sekolah rakyat program pemerintah baru sebatas wacana yang tengah di gadang gadang kementerian sosial.Pastinya tak mulus seperti yang di bayangkan.Akan alami bnyak kendala berbagai aspek pembangunan infrastruktur sekolah yang memadai dengan di lengkapi fasilitas modern.Tak hanya itu peningkatan kompetensi guru dengan melatih guru-guru pengembangan kompetensi guru-guru untuk meningkatkan kualitas bobot pengajaran. Ciri khas dari sekolah rakyat dengan sekolah umum ada yang membedakan pada rasa “nasionalisme” ,kesadaran nasional di kalangan peserta didik. Ini menekankan pentingnya pendidikan yang berorientasi pada masyarakat kebutuhan lokal.Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menjawab tantangan baru di jaman perubahan yang akan datang.
Manusia masa depan harus di hasilkan oleh pendidikan yang melek teknologi ,melek pikir ,global ini disebut melek kebudayaan,yang mampu “think globally but act locally”. Tantangan yg tengah di hadapi manusia masa depan mampu memberi kesempatan menyesuaikan diri dan memanfaatkan peluang era globalisasi,transformasi digitalisasi dengan kecerdasan AI (Artificualy intelegency), semestinya mampu “Melek teknologi tanpa harus jadi pakar AI. Kemampuan menyaring ,memanfaatkan arus informasi yang semakin padat melesat jauh mendunia, kemampuan bekerja efisien dengan bantuan AI sebagai cikal bakal kemampuan profesional ini merupakan gejala konstelasi dunia masa kini,masa depan, setiap upaya manusia untuk menyesuaikan diri terhadap konstelasi dunia pada masa lalu ,masa kini, dan yang akan datang, itu semua proses perubahan modernisasi .
Kahlil Gibran, dalam bukunya berkata : Anak-anakmu bukanlah anak -anakmu, mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu. Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu tapi bukan pikiranmu,karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri. Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,karena jiwa jiwa itu tinggal di rumah hari esok yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi. Engkau bisa menjadi seperti mereka tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu, Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu, Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup di luncurkan. Sang pemanah telah membidik arah keabadian dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya,sehingga anak-anak panah itu dapat meluncurkan dengan cepat dari jauh. Jadi kau lah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan, sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang ,maka ia juga mencintai busur yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.
Jadi anak bagaikan kertas putih yang kosong kita sebagai orang tua yang mengukirnya jadi apa terserah kita, berlaku tabur tuai siapa yang mendidik dengan baik maka akan memetik buah pendidikan yang baik.